Lanjut ke konten

Teknik Reportase

September 5, 2008

Reportase dapat diartikan sebagai proses pengumpulan data yang digunakan untuk penulisan karya jusnalistik. Objek pengumpulan data tersebut dapat berupa manusia, makhluk hidup selain manusia, buku-buku, tempat bersejarah, dan sebagainya. Suatu reportase disebut sebagai wawancara jika objek reportasenya adalah manusia.

Wawancara VS Reportase. Apakah wawancara sama dengan reportase? Jawabannya adalah tidak. Reportase memiliki ruang lingkup yang jauh lebih luas daripada wawancara, sedangkan wawancara merupakan salah satu jenis teknik reportase.

Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. Wawancara sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik untuk keperluan penulisan berita yang disiarkan dalam media massa. Dalam konteks ini, wawancara merupakan proses pencarian data berupa pendapat/pandangan/pengamatan seseorang yang akan digunakan sebagai salah satu bahan penulisan karya jurnalistik. Dari wawancara, sebuah berita didapat dan dilaporkan kepada masyarakat. Untuk itu, wawancara sedikit banyak mempengaruhi sebuah kualitas berita. Sebab wawancara dibutuhkan untuk mendapatkan keterangan, fakta, data-data, penegasan serta beragam jenis informasi lainnya. Kegunaan wawancara bisa untuk memastikan sebuah kebenaran, mengklarifikasi, me-recheck, atau meluruskan kembali berbagai informasi yang didapat.

Jenis wawancara
1. News interview, yaitu wawancara dalam rangka memperoleh informasi dan berita dari sumber-sumber yang mempunyai kredibilitas ataupun reputasi di bidangnya.
2. Casual interview, atau disebut juga wawancara mendadak. Ini adalah jenis wawancara yang dilakukan tanpa persiapan/perencanaan sebelumnya.
3. Man in the street interview. Tujuan untuk mengetahui pendapat umum masyarakat terhadap isu atau persoalan yang hendak diangkat menjadi bahan berita.
4. Personality interview, yaitu wawancara yang dilakukan terhadap figur-figur publik yang terkenal, atau bisa juga terhadap orang-orang yang dianggap memiliki sifat/kebiasaan/prestasi yang unik, yang menarik untuk diangkat sebagai bahan berita.

Persiapan Wawancara

Secara sederhana terdapat sedikitnya dua tahap untuk melakukan persiapan wawancara;
1. Tahapan Biografis
Tahapan untuk mengumpulkan tentang gelar, nama, tempat tinggal, data-data umum lain.
2. Tahapan non Biografis
Mengumpulkan keterangan seputar subyek, seperti yang terkait dengan kehidupan tokoh selain biografis.

Model Wawancara
· Wawancara langsung (Tatap Muka)
· Wawancara tidak langsung (Telpon dan Tertulis)

Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Wawancara

Agar tugas wawancara kita dapat berhasil, maka hendaknya diperhatikan hal-hal – antara lain – sebagai berikut:

1. Lakukanlah persiapan sebelum melakukan wawancara.

Persiapan tersebut menyangkut outline wawancara, penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai sifat/karakter/kebiasaan orang yang hendak kita wawancarai, dan sebagainya.

2. Taatilah peraturan dan norma-norma yang berlaku.

Sopan santun, jenis pakaian yang dikenakan, pengenalan terhadap norma/etika setempat, adalah hal-hal yang juga perlu diperhatikan agar kita dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat pelaksanaan wawancara.

3. Jangan mendebat nara sumber.

Tugas seorang pewawancara adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya dari nara sumber, bukan berdiskusi. Jika Anda tidak setuju dengan pendapatnya, biarkan saja. Jangan didebat. Kalaupun harus didebat, sampaikan dengan nada bertanya, alias jangan terkesan membantah.

Contoh yang baik: “Tetapi apakah hal seperti itu tidak berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak?”

Contoh yang lebih baik lagi: “Tetapi menurut Tuan X, hal seperti itu kan berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri. Bagaimana pendapat Bapak?”

Contoh yang tidak baik: “Tetapi hal itu kan dapat berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak.”

4. Hindarilah menanyakan sesuatu yang bersifat umum

Biasakanlah menanyakan hal-hal yang khusus. Hal ini akan sangat membantu untuk memfokuskan jawaban nara sumber.

5. Ungkapkanlah pertanyaan dengan kalimat yang sesingkat mungkin dan to the point.

Selain untuk menghemat waktu, hal ini juga bertujuan agar nara sumber tidak kebingungan mencerna ucapan si pewawancara.

6. Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya.

Hal ini dapat merugikan kita sendiri, karena nara sumber biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang didengarnya.

7. Pewawancara hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai karakter nara sumber.

Untuk nara sumber yang pendiam, pewawancara hendaknya dapat melontarkan ungkapan-ungkapan pemancing yang membuat si nara sumber “buka mulut”. Sedangkan untuk nara sumber yang doyan ngomong, pewawancara hendaknya bisa mengarahkan pembicaraan agar nara sumber hanya bicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi wawancara.

8. Pewawancara juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal dengan nara sumber

Dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara. Kedua belah pihak dapat ngobrol mengenai hal-hal yang bersifat pribadi, atau hal- hal lain yang berguna untuk mengakrabkan diri. Ini akan sangat membantu proses wawancara itu sendiri, dan juga untuk hubungan baik dengan nara sumber di waktu-waktu yang akan datang.

9. Memihak Narasumber

Jika kita mewawancarai seorang tokoh yang memiliki lawan ataupun musuh tertentu, bersikaplah seolah-olah kita memihaknya, walaupun sebenarnya tidak demikian. Seperti kata pepatah, “Jangan bicara tentang kucing di depan seorang pecinta anjing”.

14 Komentar leave one →
  1. Budi suwarno s.sos permalink
    Oktober 5, 2008 1:09 am

    Wawancara jelas merupakan salah satu metode pengumpulan informasi yang dapat melengkapi sebuah reportase. Reportase sendiri adalah laporan yang disampaikan ,baik secara langsung maupun tertunda tentang hal-hal yang perlu diketahui masyarakat lewat media massa. yang (Bisa) dilengkapi suara, gambar atau ilustrasi. Jenis reportase berdasarkan medianya adalah reportase radio, reportase televisi dan reportase media cetak.
    Reportase media cetak biasanya dalam bentuk jurnal perjalanan sang wartawan.

  2. ruangdosen permalink*
    Oktober 5, 2008 11:58 am

    Thanks apresiasinya bro…
    Sukses selalu…

    Salam

    M Badri

  3. Maret 23, 2009 8:39 am

    mas badri, saya mohon ijin mengutip tulisan ini, sebgai bahan sharing saya dgn teman2

  4. ruangdosen permalink*
    Maret 23, 2009 2:58 pm

    silahkan mas taufik, tidak dilarang untuk dimanfaatkan untuk kebaikan….

  5. Irlan febriansyah permalink
    April 5, 2009 3:18 pm

    saya kira pada point “jangan mendebat narasumber” agak kurang tepat; jika seandainya nara sumber tersebut keliru dalam membuat statement saya kira kita berkewajiban untuk meralat.

  6. ruangdosen permalink*
    April 7, 2009 3:37 am

    To: Irlan febriansyah
    Trims atas atensinya. Mungkin yang perlu diluruskan, mendebat beda dengan meralat.
    Debat: Pertukaran pendapat mengenai suatu hal dng saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. (Ini harus dihindari oleh wartawan, apalagi sampai debat kusir alias debat yg tidak disertai alasan yg masuk akal. Perlu diingat, tujuan wartawan menggali informasi. Debat dg narasumber apalagi kalau sampai kita sok pintar, berpotensi menutup informasi).

    Ralat: pembetulan atau perbaikan atas kesalahan (kalau narasumber salah bisa dibetulkan dengan cara2 yg sopan. Sehingga narasumber tidak merasa bodoh di hadapan wartawan)

    Agar wawancara efektif dan informasi mengalir, gunakan ilmu diskusi alias bertukar pikiran dengan narasumber.

    Semoga bermanfaat

  7. kiwien permalink
    Oktober 27, 2009 8:45 pm

    mas,, saya mw cari perbedaan hard news dan soft news dundh,, tolong kasih tahu ya..
    makasih

    • ruangdosen permalink*
      Oktober 28, 2009 9:26 am

      Berita hard news merupakan berita terkini yang penting untuk segera diketahui pembaca, pendengar atau pemirsa. Sifat penulisannya lugas, singkat, langsung ke pokok persoalan dengan mengedepankan unsur 5W +1H. Kalau di media cetak umumnya berita-berita straight news di koran harian. Berita di media online seperti detikcom juga umumnya hard news.
      Berita softnews merupakan berita ringan yang struktur penulisan lebih rileks, luwes, dengan content tidak terlalu berat. Biasanya ditulis dalam bentuk feature, sehingga enak dibaca (seperti membaca cerita) dan tidak cepat basi. Soft news ini ada yang dalam bentuk feature yang umumnya bertema human interest, atau news feature (feature yang mengandung unsur berita) misalnya penggerebekan teroris, ditulis dengan gaya narasi bagaimana densus 88 mengintai, lalu mengevakuasi warga, tembak-tembakan, dan seterusnya yang diberitakan dengan seru dan dramatis.
      Smg bermanfaat…

  8. budi suwarno permalink
    November 24, 2010 3:58 pm

    Hard news bisa juga berarti berita beresiko, seperti berita perang, konflik, kerusuhan, dll yang masuk kategori berita pertentangan antara dua pihak atau lebih. Bisa berarti berita-berita berat yang perlu pemahaman nalar, seperti berita iptek, ekonomi yang ditulis secara mendetail, bukan info sekilas. itu pemahaman saya…..kebalikannya Soft News berita yang santai, menghibur dan tidak peka waktu. Biasanya ditulis dalam bentuk feature.

    • ruangdosen permalink*
      Februari 21, 2011 10:48 am

      Makna hard dan soft tdk harus terpaku pada teori yg ada. Pendapat mas budi saya rasa juga benar. Salam….

  9. yani permalink
    Juni 8, 2011 8:01 pm

    minta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ekstrakurikuler jurnalistik SMK kelompok boga dan busana kira – kira ada ga?

  10. Agustus 7, 2011 8:11 pm

    trimakasiihhh

  11. edhy permalink
    September 9, 2011 6:26 pm

    mantap..makasih mas..minta ijin dicopy mau jadi bahan diskusi dengan teman-teman..salam dari NTT….

  12. eros permalink
    Oktober 18, 2012 8:52 am

    Kalau dari pendekatan broadcast, wawancara harus dilihat dalam 2 pendekatan, yaitu 1. wawancara sebagai format produksi 2, wawancara sebagai metode pengumpulan data. Karena saya sedang belajar kerja broadcast, merasa betul 2 pendekatan itu menjadi sangat penting dan banyak sekali yang bisa didalami. Misalnya, dalam fungsi sebagai format produksi, wawancara ternyata suda mengalami perubahan bentuk menjadi dialog interaktif dan talkshow yang semakin menarik dan dipastikan akan terus berkembang. Begitu juga dalam pendekatan metode pengumpul data, ternyata teknik wawancara bisa berpengaruh pada produksi berita yang akan dibuat oleh jurnalis siaran. Misalnya, ketika sedang wawancara ternyata reporter hanya mengarahkan mic pada narasumber, maka pada saat pasca produksinya, wawancaranya hanya bisa cut to cut aja. Tapi kalau reporternya aktiv memainkan mic, sangat mungkin sound bite bisa dalam bentuk wawancara juga.
    Ternyata menarik juga didalami, mohon koreksi kalau ada yang salah. Makasiiii

Tinggalkan Balasan ke ruangdosen Batalkan balasan